ILMU

Ilmu itu lebih baik dari pada harta .

PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencerdaskan manusia .

Pembelajaran

Sebuah pembelajaran perlu adanya perencanaan (RPP).

MOTIVASI

Dalam hidup ini ada kalanya kita akan dituntut untuk mengambil suatu keputusan yang sangat penting.

SERBA SERBI DUNIA

Taukah anda, masih banyak sekali ilmu pengetahuan yang belum kita ketahui di luar sana.

MY BOOK

Salah satu sumber ilmu adalah buku.

Label:

EVALUASI HASIL BELAJAR

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SEYEGAN
KISI-KISI UJI KOMPETENSI I
TAHUN PELAJARAN 2013-2014

SATUAN PENDIDIKAN    : SMK
MATA PELAJARAN          : Pendidikan Agama Islam
KELAS/SEMESTER           : XII/1
KURIKULUM ACUAN      : KTSP SEKOLAH MENENGAH   KEJURUAN
JUMLAH SOAL                  : 10 (URAIAN)
ALOKASI WAKTU             :90 MENIT

BENTUK SOAL                   : URAIAN

No
Kompetensi Dasar
Indikator
Indikator Soal
No Soal
JumlahSoal
BentukSoal
Kognitif
1.
Membaca QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41 dan QS Al-Kahfi: 29
Mampu membaca QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41 dan QS Al-Kahfi: 29 dengan baik dan benar kebiasaan untuk menyediakan waktu untuk membaca al-qur’an yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
Siswa mampu memahami QS Al-Kafiruun: 1-6
1
1
Uraian


C1
Siswa dapat menyebutkan arti dari salah satu ayat QS Al-Kafiruun: 4
2
1
Uraian


C2
2
Membiasakan prilaku bertoleransi terkandung dalam QS Al-Kafiruun, QS Yunus 40-41 dan QS Al-Kahfi: 29  
Mmpu menunjukkan prilaku bertoleransi sesuai dengan QS l-Kafiruun, QS Yunus:40-41 dan QS Al-Kahfi: 29
Siswa mampu memahami prinsip-prinsip toleransi
3
1
Uraian


C2
3
Membaca QS Al-Mujadalah: 11dan QS Al-Jumu’ah: 9-10
Mampu menterjemahkan QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumu’ah: 9-10 perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar,   tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
Mampu memahami QS Al-Mujadalah: 11
4
1
Uraian


    

C2
.
Siswa mampu mengetahui aturan-atuan dalam QS Mujadalah: 11
5
1
Uraian


C4
4
Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan dalam hari akhir
Mampu menjelaskan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap hari akhir. Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri dan Tuhan Yang Maha Esa
Siswa mampu memahami pembagian-pembagian hari kiamat
6
1
uraian


C2
Siswa mampu mengidentifikasi tanda-tanda hari kiamat
7
1
Uraian


C4
Siswa mampu menyebutkan hikmah dari iman dihari akhir
10
1
Uraian


C3
5
Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam islam
Menjelaskan ketentuan hukum islam tentang nikah
Siswa mampu memahami hukum ketentuan nikah
8
1
uraian


C2
Menjelaskan rukun nikah dalam hukum islam
Siswa mampu menyebutkan macam-macam rukun nikah


9
1
Uraian


C2



KepalaSekolah                                                                                 Guru Mata Pelajaran


                                   
DR Arif Budi RaharjoM.Si
                                                                                       MUKHTARUDIN
                                    NBM.                                                                                                                            NIM. 20120720091


0 komentar
Label:

Tambahan

COURSE REFLECTION

When I decided to take a course at the University of Muhammadiyah Yogyakarta, I really do not know what field of study I will take at the time, I only hope that my fields of study to take, no math, because math is a difficult enemy to me conquer, since I was a kid. Finally, I take the English Education Department, although English is also included in the subjects that are difficult for me to master. But I assume this will be a challenge for me when I was learning English.
And really, after I learned my English I got a lot of challenges, from the first semester until this semester, that I have traveled, not only English should I conquer, but I also have to conquer yourself than lazy properties and other properties of my crime, which can hinder me in learning English.
In the process of my learning on campus, there are a lot of experiences that I got, and that of friends that I have met or from the lecturer who administer and guide us in every learning, inside and outside the classroom.
Especially for this semester, we get fewer courses than the previous semester, but the knowledge that we get, maybe more. Because, the lecturer gives us experience as a protégé, what we will face after this. So, we always work hard in what we do. Specifically for course, language testing, I am happy to follow the course of language testing by "Miss Jackie". I am happy with him, because in each of learning, inside or outside the classroom, we always feel more fun, and not confined to what we were doing. We always happy in every activity.
Many activities we do, but I really like with the "Field Trip" because the activities that we do outside the classroom, so, when we do that we get fresh air. That is, not only do learning activities in the classroom, but also can be done outside the classroom. Another aspect of our more freely do, what "Miss Jackie" commanded us, we can explore the ideas that we had.
However, in each lesson, there must be an excess or deficiency there, in activities that I mentioned above, there are some flaws in it. When we perform a given task outside the classroom, sometimes, we do not seriously, or, it could be we do not carry out the tasks of a given, in the absence of proper supervision in all activities conducted outside the classroom, we were only given a time limit to complete the task, however, there is no proper supervision. It will lead to apathy within the student.
Maybe for the future, although this kind of activity to do, be further enhanced supervision of students. Because it will make more students feel supervised, and more serious in doing its job.

However, it cannot be denied in any learning, we always get new things, new science that we get. The Gaps, always covered with the knowledge that we get, as the word of the prophet Muhammad, "Accompany disadvantages with kindness, because kindness will eliminate the disadvantages".

0 komentar
Label:

Tulisan bebas

JAWABAN ATAS DUA PERTANYAAN

Pertanyaan: Kebanyakan kan orang kalau ziarah di makam kayak itu nyebar bunga sama baca Yasin atau doa yang lainny di sana. Nah itu bagaimana menurut islam? Dan sebaikny bagaimana?
Terimakasih.
Jawab:

الحمد لله رب العالمين ، و الصلاة و السلام على الرسول الأمين و على آله و أصحابه الطاهرين و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين ، أما بعد :
Permasalalahan semacam itu memang terus hangat diperbincangkan banyak orang dan bisa dibilang sangat sacral menurut pandangan sementara orang-orang di negeri ini. Permasalahan pertama yang ditanyakan, yaitu membaca surat Yasin di kuburan, terhitung sebagai tradisi menjamur di berbagai belahan negeri Islam. Tujuan dibacanya surat Yasin antara lain transfer pahala untuk penghuni kuburan. Padahal transfer pahala merupakan permasalahan yang mengada-ada yang sama sekali tak pernah dituntunkan dalam syariat Islam. Hasilnya, apa yang mereka baca sama sekali tak akan membuahkan pahala, bahkan cenderung dosa. Kenapa? Karena Islam tidak pernah menuntunkannya yang berarti perkara baru dalam agama atau istilah ilmiahnya adalah bid’ah.
Kuburan bukanlah tempat membaca Al-Quran. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah mengatakan, “Kalian jangan menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan yang tak dibacakan Al-Quran. Sebab, setan akan lari menjauhi rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah” (HR Muslim)
Tetang perbuatan bid’ah, beliau menegaskan, “Setiap yang bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan lainnya)
Lain daripada itu, transfer pahala untuk orang mati tidak akan pernah sampai.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang tidak akan mendapatkan kecuali apa yang telah ia usahakan.” (QS An-Najm)
Ketika mentafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir membawakan suatu riwayat dari Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i bahwa beliau menjadikan ayat di atas sebagai dalil atas pendapatnya yang mengatakan tidak ada transfer pahala.
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah mengatakan, “Jika anak keturunan Adam (baca: manusia) meninggal, maka amalannya bakal terputus kecuali tiga saja: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan kebaikan untuknya.”
Selain daripada 3 amalan di atas, bisa dipastikan tidak akan pernah sampai pada mayit.
Jika demikian, maka tradisi-tradisi transfer pahala yang kerap diadakan sebagian orang semacam tahlilan, yasinan, gendurian, dan semacamnya termasuk perbuatan yang sia-sia yang tidak saja mendapat kelehtihan semata, namun juga dosa.
Allah Ta’ala pernah mengatakan, “Apakah kamu mau kami beritahu tentang orang-orang yang merugi amalannya? Merekalah orang-orang yang sesat perbuatannya  di dunia sementara mereka menyangka bahwa mereka telah melakukan perbuatan baik.” (QS Al-Kahfi)
Sedangkan bordoa di kuburan, maka perlu dilihat. Jika mendoakan kebaikan untuk si mayit, maka tidak mengapa. Akan tetapi jika berdoa bukan untuk si mayit, seperti untuk dirinya sendiri, tentu tidak pernah ada tuntunan. Bahkan dikhawatirkan akan timbul keyakinan bahwa berdoa di samping kubur lebih mustajab daripada doa di tempat lain. Lebih parahnya, jika nanti kemudian malah doa pada kuburan, tentu lebih berbahaya lagi. Ringkasnya, doa untuk diri sendiri di sisi kubur dinilai sangat berbahaya karena dapat menjadi sebab timbulnya kemusyrikan.
Permasalahan kedua, menabur bunga di pekuburan. Sekarang kita balik pertanyaannya, apa manfaat tabur bunga di pemakaman? Tabur bunga hanya membuang-buang duit. Toh penghuni kubur tak akan dapat manfaat dari bunga yang ditaburkan di atas pusarannya. Sekiranya nominal bunga itu disedekahkan, tentu lebih manfaat.
Kemudian, tabur bunga di pemakaman itu asalnya dari orang-orang kafir. Lihat saja tradisi orang-orang Nasrani, Hindu, Konghucu, dan semisalnya, pasti akan mudah dijumpai kebiasaan itu. Padahal ikut-ikut tradisi orang-orang kafir termasuk tindakan yang dilarang oleh syariat Islam.
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah mengatakan, “Siapa yang menyerupai suatu masyarakat, maka ia termasuk bagian dari mereka.”
Artinya, jika ada orang Muslim yang mengikuti kebiasaan orang kafir, berarti ia bisa ikut kafir pula. Demikian menurut penjelasan sebagian ulama.
Beliau juga mengatakan, “Sungguh kalian nanti bakal akan membeo kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian; sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai seandainya mereka masuk lubang biawak pun kalian akan mengikuti mereka.”
Mendengar perkataan beliau di atas, orang-orang bertanya, “Apakah mereka (yang dimaksud ‘orang-orang sebelum kalian’-pent)   itu Yahudi dan Nasrani?”
“Siapa lagi?!,” jawab tegas Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
          Adalagi permasalahan yang mirip pertanyaan kedua di atas, yaitu menyiram pusaran dengan air. Menurut pendapat Syafi’iyyah, Hanafiyyah, dan Hanabilah, perbuatan tersebut dianjurkan dengan tujuan agar tanah tidak habis diterjang air. Alasannya karena Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah melakukan perbuatan tersebut pada makam Sa’d bin Mu’adz dan beliau memerintahkan  agar makam ‘Utsman bin Mazh’un diperlakukan sama.
          Bahkan kalangan Syafi’iyyah dan Hanabilah juga berpandangan sunnah pula meletakkan kerikil-kerikil di atas pusaran mengingat riwayat dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, bahwasannya Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah menyiram dan meletakkan kerikil di atas makan puteranya Ibrahim.
          Muhammad Nashiruddin bin Haji Nuh Al-Albani pernah megatakan, “Terdapat banyak hadits tentang menyirami makam dengan air, akan tetapi bermasalah, sebagaimana hal tersebut yang telah saya jelaskan dalam Irwa’ Al-Ghalil. Kemudian saya menjumpai sebuah hadits yang terdapat dalam Al-Mu’jam Al-Ausath karya Ath-Thabrani dengan derajat sanad yang kuat, bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah menyiram makam puteranya Ibrahim, maka aku cantumkan dalam As-Silsilah Ash-Shahihah.”
          Akan tetapi perlu diingat, bahwa alasan mengapa kubur disiram air dan diberi kerikil-kerikil adalah hanya semata-mata agar tanahnya tidak hilang diterpa angin. Ingat, di negeri Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tanahnya adalah pasir yang mudah terbawa angin. Makanya perlu disiram air agar tidak terbawa angin. Adapun di Indonesia, rasanya tidak perlu menyiramkan air ke pusaran, apalagi dengan air kelapa, karena tanahnya yang tahan angin.
          Adapun keyakinan sementara sebagian orang, bahwa mayit memperoleh manfaat dari air yang disiramkan ke makamnya, maka ini keyakinan yang tidak dibenarkan.
          Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin mengatakan, “Adapun menyiram air di atas makam, bertujuan untuk mengenyalkan tanah, bukan seperti yang disangka orang-orang awam bahwa maksudnya adalah agar mayit merasa dingin. Sebab, mayit tidak bisa dingin karena air, akan tetapi yang dapat mendinginkannya adalah pahalanya. Namun agar tanahnya menjadi kenyal.”
Kiranya jawaban di atas dapat menjadi jawaban atas persoalan yang ditanyakan meski ringkas. Sengaja saya tulis secara ilmiah supaya dapat diketahui bahwa Islam itu bukan agama yang dibantuk berdasarkan akal dan pikiran, namun agama wahyu yang telah ditetapkan oleh Rabbul ‘alamin. Wallahua’lam.

Yogyakarta, 10 Januari 2015
و كتبه الفقير إلى ربه : صاحب الموقع -عفا الله عنه-


0 komentar
Label:

Tugas IT Reviwe muku Smester V



REVIEW NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA”

IDENTITAS BUKU
 
Judul : Hafalan Shalat Delisa
Pengarang
: Tere-Liye
Penerbit
: Republika
Tahun terbit
: 2008
Cetakan ke
: ke-VII
Tebal halama
n : 309 halaman
Ha
rga : Rp 50.000,00

Novel  yang indah ditulis dalam kesadaran ibadah. Novel ini mengajak kita mencintai kehidupan, juga kematian, mencintai anugerah juga musibah, dan mencintai indahnya hidayah. Novel ini disajikan dengan gaya sederhana namun sangat menyentuh. Penulis berhasil menghadirkan tokoh-tokoh dan suasana dengan begitu hidup, Islami dan luar biasa. Pantas dibaca oleh siapa saja yang ingin mendapatkan pencerahan rohani. Dramatis, tanpa perlu hiperbolik. Menyentuh, tanpa perlu mengharu biru. Kecerdasan dalam kepolosan. Terkadang malu sendiri ketika menyimak si mungil Delisa. Seolah menonton film dokumenter ketika membacanya lembar demi lembar.
 
Berawal dari seorang anak yang bernama Delisa, gadis kecil kebanyakan yang periang, tinggal di Lhok Nga, sebuah desa kecil yang berada di tepi pantai Aceh; dan mempunyai hidup yang indah. Sebagai anak bungsu dari keluarga Abi Usman, ayahnya bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan minyak internasional. Delisa sangat dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi, serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah dan si kembar Aisyah dan Zahra.

Pada 26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian praktek shalat ketika tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup membuat ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Tiba-tiba tsunami menghantam, menggulung desa kecil mereka, menggulung sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara.

Delisa berhasil diselamatkan Smith, seorang prajurit Angkatan Darat AS, setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang. Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia sebatang kara, tapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Delisa bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di mana.

Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di tengah rasa putus asa yang mendera Abi Usman dan juga orang-orang Aceh lainnya, Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya tak ingin berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan.

Nilai yang terkandung :

a.       Budaya
Budaya yang ada di dalam novel ini adalah ketika semua anak Ummi Salamah telah lulus dalam hafalan membaca shalatnya maka sebagai hadiahnya, Ummi membelikan sebuah kalung sebagai hadiahnya. Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut : "Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau, seperti punya Kak Aisyah!" (Hafalan Shalat Delisa, hal.17).

b.      Agama  
Dalam novel ini nilai agama yang terkandung sangat kuat, karena semua anak-anak Ummi Salamah diwajibkan menghafal bacaannya shalatnya dan diwajibkan untuk shalat sesuai dengan waktunya. Semua anak Ummi Salamah belajar mengaji di TPA bersama Ustadz Rahman. Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut : " Delisa bangun, sayang... Shubuh!" (Hafalan Shalat Delisa, hal 2)

c.        Moral 
Di gambarkan nilai-nilai moral yang sangat kental. Kita dapat menganalisi dari keadaan sosial dan kegiatan masyarakat di daerah tersebut. Sangat sopan dan juga sangat mengutamakan nilai-nilai agama dan budaya islam.

d.      Sosial 
Banyak sekali nilai sosial yang tertoreh pada novel ini, sebagai contoh kebersamaan seorang ibu yang menyayangi ke-4 anaknya dengan sabar. Walau dalam keluarganya tersebut tidak hadirnya seorang ayah. Namun keluargan tersebut dapat hidup sejahtera dan tentram.

Penilaian pada novel 

Kelebihan novel ini yaitu sangat bagus untuk dibaca untuk semua kalangan. Baik anak-anak maupun remaja bahkan orang tua sekalipun. Pesan yang tersirat dalam novel ini memberikan banyak inspirasi bagi para pembacanya. 

Tiap bait puisi dibeberapa kalimatnya menambah poin plus untuk novel ini. Alur cerita yang sangat menghanyutkan membuat para pembaca (khususny saya) untuk selalu ikhlas dalam menerima segala cobaan yang telah ditakdirkan dari Allah swt.

Novel ini juga diangkat ke layar lebar dan ditonton oleh banyak orang. Saya juga pernah menonton film ini. Ketika membaca novel ini saya terharu karena alur ceritanya yang sangat menyahat hati dan pada saat menonton film ini, air mata saya pun tetap saja mengalir karena melihat secara tidak langsung bagaimana kejamnya bencana tsunami yang berhasil meluluh lantahkan kota Lhok-Ngah yang membuat keluarga kecil Delisa yang begitu harmonis tewas dalam kejadian tersebut.

Novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca!! Temukan setiap makna yang tersirat Kelebihan dari film ini adalah film ini mampu menyampaikan pesan-pesan kepada para penontonnya untuk dapat tetap tegar dan semangat walau dalam keadaan yang benar-benar terpuruk dan memprihatinkan. Memberikan pesan untuk mampu bersikap ikhlas dalam menghadapi cobaan.

Novel ini pantas dibaca oleh siapa saja yang ingin belajar mengenai keikhlasan serta kesabaran. Tak hanya orang dewasa, buku inipun cocok untuk anak-anak dan para remaja karena plot yang dibuat penulis merupakan plot cerita dunia kanak-kan.

Yang menarik dari novel ini adalah, adanya bait – bait puisi yang disertakan pada setiap akhir bab cerita,-kadang saat peristiwa-peristiwa penting- yang seolah – olah menyemangati Delisa serta menggugah hati kita lebih dalam tentang makna yang terkandung dalam novel tersebut. Ini juga dilengkapi oleh penggunaan bahasa yang mungkin tidak “sastra” , tetapi “to the point” dan sederhana, yang membuat pesan lebih tersampaikan ke semua kalangan pembaca. Seolah – olah , penulis memang mempunyai maksud yang kuat untuk menyampaikan amanat yang terkandung dalam novel ini, yang mungkin dikarenakan juga oleh latar belakang penulisan novel ini. 

Adapun hal yang menjadi sorotan resensator–kalaupun tidak disebut sebagai kelebihan- adalah sikap Delisa yang tampak sangat dewasa, melihat usianya yang baru 6 tahun. Sikapnya saat menerima berbagai cobaan yang dihadapinya tidak cocok dengan umurnya . Nilai plusnya adalah para pembaca menjadi lebih terharu hatinya karena berkaca pada sikap Delisa dalam menerima cobaan. Selain itu, terkadang pembaca menjadi rancu mengenai latar dan tempat karena perubahan yang tiba – tiba. Tetapi untungnya, jalan cerita yang menghanyutkan membuat kita tidak peduli akan kerancan ini. 

Pada akhirnya, dengan segala kandungannya, novel ini wajib dibaca oleh mereka yang sedang merenungi dan mencari makna dan arti hidup yang sebenarnya. Bahkan bagi para remaja juga dianjurkan membaca novel ini, karena akan memperkaya nilai – nilai kehidupan dalam proses pencarian jati diri mereka. Energi untuk ‘hidup’ yang dibawa oleh novel ini sangatlah besar, dan bisa membuka sudut pandang yang baru tentang kehidupan ini. Resensator pun maklum jika nantinya, air mata para pembaca jatuh menetes saat membuka lembaran – lembaran novel ini.

Keunggulan novel ini adalah alur cerita yang sangat menghanyutkan membuat para pembaca khususnya saya untuk selalu ikhlas dalam menerima segala cobaan yang telah ditakdirkan dari Allah swt. Novel ini menggunakan bahasa yang sederhana namun mampu menyentuh hati pembaca. Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang ketiga, sehingga saat kita membaca novel ini, kita seolah menjadi anak kecil dengan pemikiran polos dan keingintahuan yang tinggi. Saat Delisa mengerti makna keikhlasan, kita juga dapat memahami bagaimana seorang anak kecil mampu melakukan ibadah hanya karena Allah. Bukan karena hadiah, imbalan, atau pujian dari orang lain. Dan banyaknya nilai moral yang telah diajarkan kepada kita seperti  keikhlasan, ketaqwaan kepada Tuhan.

Namun juga ada kelemahan dari novel ini yaitu tidak adanya biografi penulis yang disediakan pada bagian akhir halaman novel, pengarang menggunakan nama samaran tidak nama asli (Tere-Liye), tidak adanya sinopsis yang disediakan pada bagian belakang cover,sehingga ketika kita ingin membelinya kita ragu novel ini menceritakan tentang apa. Bahasa yang digunakan penulis sederhana namun mampu menyentuh hati pembaca, tidak susah dipahami. Dimengerti oleh semua kalangan pembaca baik pembaca pemula atau sudah tingkat lanjut.






 

0 komentar